.

Selamat Datang Di Blog Vihara Budi Dharma Purwakarta. Alamat: Jalan Jend.Sudirman No 181 Purwakarta 41115. e-mail: pmvbudidharma@yahoo.com

Sabtu, 04 Mei 2013

Guru Spiritual

(klik salah satu pada pilihan guru spiritual yang anda inginkan)

Guru Spiritual: Geshe-Sonam

Guru Spiritual: Dagpo-Rinpoche


Guru Spiritual: Thich Nhat Hanh


Guru Spiritual: Dalai-Lama


Guru Spiritual: Maha Bhiksu Asin Jinarakkhita

Guru Spiritual: Geshe-Sonam


Geshe-la
Geshe Sonam Rinchen, juga dikenal sebagai Geshe Dawa, beliau lahir pada tahn 1933 di Trehor daerah Kham, Tibet Timur. Pada tahun 1945, beliau mulai berlajar di Biara Dhargyey, kemudian tahun 1952 melanjutkan studi di Biara Sera di Lhasa, beliau menetap di Biara Sera hingga 1959, kemudia mengasingkan diri di India karena serangan komunis.
Beliau menyelesaikan studi hingga meneri gelar Geshe Lharampa pada tahun 1980, kemudian beliau juga menerima gelar Acharya dari Central Institute of Higher Tibetan Studies di Sarnath. Sementara ini, beliau ditunjuk sebagai guru pembimbing di Library of Tibetan Works & Archives di Dharamsala sejak 1978, beliau mengajar filsafat dan praktik Buddhis, terutama bagi mereka yang berasal dari dunia barat.
Geshe Sonam Rinchen juga berkesempatan mengajar di beberapa tempat seperti Jepang, Australia, Inggris, Korea Selatan, Irlandia, New Zealand, dan Switzerland.

Guru Spiritual: Dagpo-Rinpoche


Dagpo Rinpoche
Dagpo Rinpoche juga dikenal dengan nama Bamcho Rinpoche, beliau lahir pada tahun 1931 di daerah Kongpo, Tibet Selatan. Selang dua tahun kemudian, Yang Mulia Dalai Lama ke-13 menyatakan bocah kecil yang baru berusia 2 tahun itu sebagai kelahiran kembali dari Dagpo Lama Jamphel Lundrup. Dagpo Rinpoche mulai studi di Biara Bamchoe ketika menginjak usia 6 tahun, menelusuri sutra dan tantra, kemudian belia u melanjutkan studi di Dagpo Shedrup Ling (Dagpo Dratsang) ketika genap berumur 13 tahun. Dagpo Dratsang didirikan oleh Jey Lodro Tenpa yang merupakan penerus garis silsilah ke-6 dari Jey Tshongkhapa. Dagpo Dratsang memiliki kualifikasi tinggi dalam semua topik pelajaran, terutama fokus pada ajaran Lam-rim atau Jalur bertahap menuju pencerahan.
Dagpo Rinpoche belajar dengan 34 guru Buddhis, terutama Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche, dan Yang Mulia Dalai Lama ke-14, Ling Rinpoche dan Trijang Rinpoche adalah tutor senior Yang Mulia Dalai Lama ke-14. Dagpo Rinpoche termasuk beberapa Rinpoche yang mewariskan cukup banyak transmisi ajaran Buddha pada zaman ini. Waktu itu, Rinpoche masih menetap di Gomang Dratsang, pada tahun 1959 ketika terjadi invasi komunis, Rinpoche mengikuti Dalai Lama lari ke India dalam pengasingan. Pada tahun 1978, Rinpoche mendirikan Pusat Dharma dengan nama Guepele Tchantchoup Ling di Paris, beliau memberikan banyak pelajaran dharma ekstensif di Paris, kemudian Rinpoche juga sering di undang ke Pusat Dharma di Itali, Swiss, Belanda, Belgia, Inggris, Kanada, Amerika, India, Indonesia, dan Malaysia.
Dagpo Rinpoche merupakan pewaris silsilah sangat panjang dari zaman dahulu hingga saat ini, silsilah ini mencakup seorang praktisi bernama Taktunu hidup di zaman Buddha, seorang praktisi yang rela menjual dagingnya sendiri demi memberikan pesembahan kepada guru spiritualnya. Silsilah lain mencakup Yogi VirupaGunaprabha, dan Suvarnadvipa Dharmakirti (Lama Serlingpa), Lama Serlingpa merupakan guru utama Atisha Dipamkara Shrijnana. Lama Serlingpa mewariskan ajaran Bodhicitta yang berasal dari silsilah Maitreyademikian pula silsilah dari Manjushri kepada Atisha, silsilah ajaran Maitreya yakni “Tujuh Poin Instruksi untuk Membangkitkan Bodhicitta”; kemudian silsilah ajaran Manjushri yakni “Menukarkan diri sendiri dengan mereka yang lain”. Guru murid antara Lama Serlingpa dan Atisa bertemu kembali, ketika Atisha terlahir sebagai Pabongkha Rinpoche dan menerima pelajaran Bodhicitta dari Dagpo Jamphel Lhundrup (Silsilah Dagpo Rinpoche yang sebelumnya).
Di kalangan Tibet, Dagpo Rinpoche juga disebutkan sebagai kelahiran kembali dari Marpa Lotsawa (penerjemah masyur zaman Tibet kuno), Marpa Lotsawa yang merupakan pendiri tradisi Buddhis Kagyu di Tibet dan Marpa juga-lah yang membimging Jetsun Milarepamerealisasi pencerahan melalui berbagai latihan sukar. Di zaman sekarang ini, Rinpoche juga tercatat dalam silsilah kelahiran sebelumnya sebagai Kepala Biara Dagpo Sehdrup Ling.

Guru Spiritual: Thich Nhat Hanh


Thich Nhat Hanh
Thich Nhat (Vietnam: Nhất Hạnh) lahir pada bulan 11 Oktober 1926 di Sentral Vietnam, beliau adalah Bhiksu Zen yang hidup merantau, seorang guru, penulis, penyair, dan aktivis perdamaian. beliau bergabung dengan Biara Zen pada umur 16 tahun, mulai belajar ajaran Buddha sejak sramanera, kemudian menerima penahbisan penuh sebagai bhiksu pada tahun 1949. Bhiksu yang akrab disapa sebagai Thich Nhat Hanh (Vietnam: Thích Nhất Hạnh), Thích diberikan kepada semua bhiksu maupun bhiksuni di Vietnam, yang berarti bagian dari suku Shakya (Buddha Shakyamuni).
Di awal tahun 1960an, beliau membangun School of Youth for Social Service (SYSS) di Saigon, sebuah organisasi pemberi bantuan yang berakar pada masyarakat lokal untuk membangun kembali desa-desa yang hancur akibat bom, membangun sekolah dan pusat pengobatan, dan penempatan ulang keluarga yang kehilangan rumahnya ketika perang Vietnam. Beliau menempuh perjalanan ke Amerika Serikat dan belajar di Universitas Princeton, dan kemudian menjadi dosen di Universitas Cornell dan Universitas Columbia. Tujuan utama dari perjalan itu adalah demi mendorong pemerintah Amerika untuk menarik diri dari Vietnam. Beliau juga mendesak Martin Luther King, Jr untuk menyatakan tidak setuju secara publik atas perang Vietnam, beliau juga berbicara dalam berbagai kelompok tentang perdamaian. Pada tanggal 25 January 1967 Institut Nobel di Norway melayangkan sebuah surat untuknya, Martin Luther King menominasi beliau sebagai penerima Hadiah Perdamain Nobel. Nhat Hanh memimpin delegasi Buddhis berpartisipasi dalam Perbincangan Perdamaian di Paris.
Seorang guru Buddhis yang sangat terkenal di dunia Barat, Thich Nhat Hanh mengajarkan latihan yang sangat selaras dengan berbagai orang yang berasal dari latar belakang releijius, spiritual dan pandangan politik berbeda. Beliau menawarkan latihan perhatian penuh (Mindfulness) yang merupakan adaptasi dari sensibilitas nuansa Barat. Pada tahun 1966 beliau mendirikan Order of Interbeing, pusat latihan monastik dan pusat latihan lainnya di berbagai belahan dunia. Pada tahun 2007, Biara Plum Village di daerah Dordogne daerah Perancis Selatan telah menjadi rumahnya, sejak itu beliau berkunjung ke komunitas internasional untuk memberikan ceramah dan retret. Beliau juga yang menciptakan isilah Engaged Buddhism (Ajaran Buddha yang aktif terjun ke berbagai aspek kehidupan) dalam bukunya yang berbahasa Vietnam dengan judul: Lotus in a Sea of Fire.
Beliau diasingkan oleh pemerintah Vietnam sejak lama, beliau diizinkan pulang ke Vietnam pada tahun 2005 dan 2007. Beliau telah menulis lebih dari 100 judul buku, mencakup lebih dari 40 judul yang berbahasa Inggris. Beliau juga menerbitkan Ceramah Dharma per kuarter dalam Jurnal Order of Interbeing, The Mindfulness Bell. Nhat Hanh terus aktif berkarya dalam pergerakan perdamaian, memberi sponsor retret untuk peserta dari Israel dan palestina, mendukung kedua pihak untuk mendengar secara mendalam dan saling belajar dari sesamanya. Beliau berulang kali memberi pidato untuk mendesak negara-negara yang terlibat dalam pertikaian untuk berhenti berperang dan jadikan non-kekerasan sebagai solusi atas semua permsalahan; Pada tahun 2005 dan 2007, beliau meminpin “perjalanan perdamaian” di Los Angeles, dihadiri oleh ribuan orang demi untuk memberi dukungan kepada para bhiksu yang sedang melakukan demonstrasi di myanmar. Beliau juga dianugerahkan “Courage of Conscience” pada 16 Juni 1991.

Guru Spiritual: Dalai-Lama


YM Dalai Lama ke-14
Jamphel Ngawang Lobsang Yeshe Tenzin Gyatso, lahir pada tanggal 6 Juli 1935 di Tibet, saat ini adalah Dalai lama ke-14, beliau berasal dari aliran Gelug dan merupakan pemenang hadiah Nobel sangat berpengaruh di dunia baik sebagai Bhiksu maupun sebagai pemimpin tertinggi Pemerintahan dalam Pengasingan Tibet di Dharamsala, India.
Yang Mulia Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, lahir pada tanggal 6 Juli 1935, di sebuah keluarga petani yang berlokasi di Takster, Amdo, daerah Timur Laut Tibet. Ketika berusia 2 tahun, beliau yang bernama Lhamo Dhondup dinyatakan sebagai kelahiran kembali dari Dalai Lama ke-13, Thubten Gyatso. Rakyat Tibet percaya bahwa Dalai Lama merupakan manifestasi dari Avalokiteshvara atau Chenrezig, Bodhisatwa welas asih yang merupakan makhluk suci patron Tibet. Bodhisatwa adalah makhluk yang telah tercerahkan yang mana beliau memilih untuk terlahir kembali untuk melayani semua makhluk.
Dalai Lama merupakan sebutan hormat yang diberikan kepada seorang yang dinyatakan sebagai kelahiran kembali dari guru besar Buddhis sebelumnya (Tulku), di kalangan orang Tibet beliau adalah seorang bhiksu dan sekaligus sebagai pemimpin negara, beliau diyakini telah terbebas dari siklus kematian dan kelahiran, kehadiran beliau di dunia ini sepenuhnya merupakan welas asih untuk mengajar tentang prikemanusiaan. Lama berarti guru, istilah Lama merupakan sapaan hormat yang diberikan untuk menunjukkan sebagai status guru dalam kalangan Buddhis Tibetan.
Dalam bahasa Mongolia, Dalai berarti samudra, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet menjadi Gyatso, sementar Lama (Tib. bLa-ma) setara dengan istilah sanskerta yaitu guru, dan secara umum diterjemahkan sebagai guru spiritual, jika semua istilah itu digabungkan menjadi “Guru spiritual Samudra” yang berarti seorang guru spiritual yang memiliki pemahaman sebagaimana dalamnya samudra.
Pada abad ke-17 dan tahun 1959, Dalai Lama merupakan kepala negara Tibet, memegang pusat kendali dari ibukota Lhasa. Sejak 1959, Dalai lama ke-14 memimpin Administrasi Sentral Tibet dari india. Umumnya ia di sapa Yang Mulia atau Yang Mulia Dalai Lama.
Dalai Lama kadang dianggap sebagai bhiksu pemimpin tertinggi aliran Gelug, namun sesungguhnya pemimpin tertinggi Gelug adalah Ganden Tripa (Tib. dGa’-lDan Khri-pa), walaupun Yang Mulia Dalai Lama yang mengangkat Ganden Tripa dalam proses pemilihan dan pada praktiknya memiliki pengaruh lebih besar. Masyarakat menyapa Yang Mulia Dalai Lama sebagai Gyalwa Rinpoche (Tib. rGyal-ba Rin-po-che) yang berarti “Yang Mulia Penakhluk” atau Yishin Norbu (Tib. Yid-bZhin Nor-bu) yang berarti permata pengabul harapan.

Daftar Alamat PMV di Jawa Barat

PMV Vihara Vimala Dharma
Jl. Ir. H Juanda No. 5
BANDUNG 40116


PMV Vihara Buddhasena
Jl. Batu Tulis No. 6
BOGOR 16131


PMV Vihara Khanti Bhumi
Perum Griya Persada RT 13 / 03
Karang Asem Barat N0. 21 Citeureup
BOGOR 16810


PMV Vihara Dhanagun
Jl. Surya Kencana No. 51
BOGOR


PMV Vihara Karuna Bodhi
Jl. Pasar Ciampea No. 41
RT 04 / RW 02 Desa Ciampea
BOGOR 16620


Vihãra Sakyawanaram
Lembah Cipendawa
P.O. Box 40/ SDG 43253
Pacet-Cianjur


PMV Vihara Bhumi Pharsjia
Jl. Mangunsarkoro No. 60
CIANJUR 43214


PMV Vihara Bodhi Diepa
Jl. Jend A. Yani No. 58 Cikampek
Kab. Karawang 41373


PMV Vihara Surya Adi Guna
Jl. Raya Blok Kraton
Rengasdengklok 41352


PMV Vihara Widhi Sakti
Jl. Pejagalan No. 20
SUKABUMI 43131


PMV Vihara Dharma Ratna
Jl. R.E. Martadinata No. 49
SUKABUMI 43113



PMV Vihara Vessantara
Kampung Kedunglotong No. 96
RT 05 / RW 03 Kec. Pabuaran
Ds. Bantarjaya - BEKASI 17710


PMV Vihara Buddha Sasana
Jl. Parujakan No. 35
CIREBON 45118


PMV Vihara Budi Dharma
Jl. Jend. Sudirman 181
PURWAKARTA


PMV Vihara Buddha Guna
Jl. Ir. H. Juanda No. 1A
KARAWANG 41312


PMV Dhamma Muditha
Jl. Raya Gedung Gede
Rt. 04 / Rw 01. Desa kedung waringin
Kab. Bekasi.

Catatan : data di atas masih akan terus dalam tahap pelengkapan data.

Fangsen Bersama PMV Budi Dharma Purwakarta













Melepas 1000 ekor burung dalam rangka Hari Metta, Kamis, 24 Januari 2013

Buddhist Camp PVVD 2013



"Relationship created by nature, Perfected by Buddhism"

Pada tanggal 27 April 2013, teman-teman dari vihara-vihara se Jawa Barat tiba di Grafika Cikole, Lembang untuk bersama-sama mengikuti Buddhist Camp! :D Sebetulnya apa itu Buddhist Camp?

Buddhist Camp merupakan kegiatan camping yang diadakan oleh dan untuk pemuda-pemudi Buddhist Jawa Barat yang bertujuan untuk meningkatkan keakraban sesama pemuda-pemudi Buddhist se-Jawa Barat, mempraktekkan hidup berkesadaran, berlatih konsep pengembangan diri serta menjaga hubungan erat antara manusia dengan alam dan lingkungan sekitarnya.

Wah, deskripsinya ajah udh keren kayak gitu kan? Nah sekarang mari kita sama-sama menyimak bagaimana rangkaian acara Buddhist Camp ini.

Sesampainya di Grafika Cikole, kita langsung di sambut oleh teman-teman dari VVD yang telah menunggu di sana. Setelah daftar ulang dan mendapatkan konsumsi makanan kecil serta buku kami pun menaruh barang-barang bawaan kami di tenda yang telah di siapkan. Acara pertama tama di mulai dengan sambutan dari  Niko Eka Putra sebagai Ketua Panitia, Samuel Feiyung sebagai Ketua Pemuda VVD, Dan Bpk. Eko Supeno selaku Pembimas Agama Buddha Prov Jawa Barat lalu dilanjutkan dengan memperkenalkan jargon acara ini yaitu WE COME, WE CAMP, WE CARE beserta gerakannya dan games perkenalan yang diberi nama "Anicca", pada games ini para peserta akan memilih sifat sifat yang telah di sebutkan dan akan mencari pasangan yang tepat dengan dirinya sambil berkenalan. Dalam games ini, para peserta di ajarkan bahwa setiap difat yang ada dunia ini merupakan perubahan, dengan menyadari adanya perubahan maka penderitaan pun bisa semakin berkurang.

Asyiknya games perkenalan membuat para perut para peserta pun lapar, waktunya makan siang pun tiba. Tetapi acara makan siang pada kali ini terasa berbeda di bandingkan dengan makan siang yang biasa dilakukan oleh para peserta. Disini, para peserta diharuskan untuk makan berkesadaran. Wah, apa sih tujuan makan berkesadaran? Tidak hanya kenyang, tapi dengan makan berkesadaran dalam hening kita dapat melihat betapa berharganya makanan, melihat betapa dekatnya kita dengan alam serta berterima kasih kepada segala materi dan orang-orang yang telah mengupayakan makanan itu.

Perut telah terisi kenyang, acara di lanjutkan dengan meditasi berjalan. Pada kesempatan ini kita dapat belajar bahwa dimanapun kita berjalan, kita dapat berlatih meditasi. Maksudnya kita tahu bahwa kita sedang berjalan. Kita berjalan hanya untuk berjalan. Kita berjalan dengan rasa lepas dan soliditas, tidak tergesa-gesa lagi. Setelah meditasi berjalan, para peserta kembali ke tenda untuk melakukan meditasi berbaring, sambil mendengarkan renungan yang dibacakan oleh Bhante Vidya Bhadra Pairin. Dalam meditasi berbaring kita mencoba untuk merelaksasikan pikiran dan tubuh, serta mengucapakan terima kasih kepada organ-organ yang telah mendukung kehidupan kita. Meditasi berbaring telah membuat diri para peserta menjadi lebih tenang dan damai. Dan sekarang waktunya untuk bermain!! para peserta di bagi menjadi 8 kelompok dan akan memasuki pos-pos yang telah di siapkan oleh panitia. Di balik setiap games yang telah dimainkan terdapat berbagai macam pesan moral yang ingin di sampaikan, mulai dari kerja sama, kepercayaan, saling tolong menolong, semangat, serta nilai-nilai kehidupan lainnya yang sangat berguna bagi kita untuk kedepannya.

Games-games tersebut membuat para peserta semakin akrab dan kompak, acara dilanjutkan dengan bersih diri, lalu kebaktian, meditasi duduk, dan makan malam. Setelah makan malam para peserta membuat lingkaran mengelilingi api unggun dan mendengarkan dhammadessana yang di bawakan oleh Bhante Dharmavimala Mahathera, Bhante Vidya Bhadra Pairin, dan Samanera Samantha. Dinginnya malam itu tak mengurangi antusias peserta untuk mendengarkan ceramah.

Setelah dhammadessana, para peserta dibagikan lilin pelita kecil dan dinyalakan bersama-sama, sambil memandangi pelita yang dipegang oleh masing-masing peserta, yang mulia Bikkhu Sangha memberikan renungan tentang bagaimana kita bisa menjadi pelita di dalam kehidupan bermasyarakat.

Hari yang cukup melelahkan, akhirnya di tutup dengan tidur, para peserta semua beristirahat untuk menyiapkan hari esok yang lebh seru lagi!

Matahari di tanggal 28 telah terbit di ufuk Timur, embun pagi hari semakin menyejukkan pagi hari yang cerah itu. Para peserta memulai aktivitas dengan meditasi berjalan seperti hari kemarin. Dilanjutkan dengan bersih diri, kebaktian, dan sarapan.

Pada hari ini, kita di bagi menjadi 3 kelompok sesuai jenjang untuk bersama-sama melakukan sharing dhamma dan berdiskusi. Acara diskusi ini merupakan tempat para peserta untuk bisa saling berbagi pendapat dan sara dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Makan siang hari ini pun di bagi dalam masing masing kelompok.

Setelah makan siang, para peserta di bagi menjadi 3 kelompok, dan mengikuti 3 buah games, games pertama menyusun puzzle, games kedua menyalakan korek api dengan obat nyamuk, dan games ketiga menghias bola.

Di games pertama yaitu menyusun puzzle, kita belajar dari gambar yang terlihat dari puzzle yang telah disusun. Dalam puzzle tersebut terdapat gambar rupang buddha, jalinan tali persaudaraan, dan alam. Pesan moral yang ini di sajikan pada games ini adalah bahwa kita harus bisa menjalin hubungan yang baik dengan sesama dan alam dengan berlandaskan pada ajaran Buddha Dhamma.

Di games kedua yaitu menyalakan korek api dengan obat nyamuk, kita belajar untuk mencari jalan bagaimana kita bisa menularkan hal-hal positif kepada sesama yang lain. Dan yang terakhir, di games ketiga yaitu menghias bola kita belajar bahwa kita sendirilah yang menentukan dengan cara apa dan bagaimana kita mengisi kehidupan kita.

Setelah games-games yang penuh makna dan menarik ini selesai, kami semua tibalah di penghujung acara. Saat acara terakhir ini, para perwakilan dari vihara melakukan pelimpahan jasa kepada alam dengan bersama-sama mambacakan paritta dan menyirami rumput disekitar dengan air yang telah dibacakan doa.

Para peserta lalu merapikan barang-barang bawaan mereka untuk kembali pulang ke daerah masing-masing sambil membawa pelajaran baru yang telah di dapatkan di acara ini dan juga oleh-oleh dari teman-teman panitia.

Sekali lagi! WE COME, CE CAMP, WE CARE!
Be good, be happy, be mindful
(sumber: Metta-Medkom Jabar)